Deteksi Gempa dengan “Cloud System”
Siapa yang tidak tahu bahwa Indonesia merupakan daerah rawan bencana. Salah satunya adalah gempa karena memang Indonesia dilalui oleh jalur pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Bencana alam ini memang tidak dapat diduga kapan akan terjadinya dan tidak bisa ditolak kedatangannya. Namun bencana alam tersebut masih dapat diprediksi sebelumnya sehingga kita dapat bersiap diri ketika bencana alam tersebut benar terjadi.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memiliki sistem pendeteksi bencana alam. Namun sebuah prototype sistem baru telah diperkenalkan oleh mahasiswa Teknologi Informasi STEI ITB. Mereka membuat sistem monitoring keadaan lingkungan dan deteksi dini bencana alam menggunakan komputasi awan (cloud computing).
Berikut skema sistem deteksi bencana dengan memanfaatkan komputasi awan.
Selama ini, sistem pendeteksi bencana di Indonesia memiliki kelemahan, yakni masing-masing wilayah harus memiliki server tersendiri. Namun dengan adanya sistem komputasi awan,server yang diperlukan hanya berpusat di satu tempat saja, meski alat sensor dan Remote Terminal Unit (RTU) berada di seluruh wilayah Indonesia.
Sistem komputasi awan yang dibimbing oleh Suhono H. Supangkat (ketua forum eII) dan Suhardi ini, dibangun oleh tim yang terdiri dari Sinung Sukanto (mengurusi aplikasi), Tunggul Arief Nugoroho (mengurusi hardware), dan I Gusti Bagus Baskara Nugraha (mengurusi jaringan) dengan tiga peralatan utama:
1. Sensor
Selain bisa digunakan untuk mendeteksi kualitas air seperti kadar Ph, oksigen, hingga menentukan tinggi-rendahnya gelombang air, sensor juga dapat berfungsi untuk mendeteksi udara seperti kandungan CO2, LPG, Carbon Monoxide, dan menjadi pengontrol kualitas udara.
2. Remote Terminal Unit (RTU)
Alat ini bertugas menyampaikan informasi ke server dengan menyimpan data analog maupun digital yang tertangkap oleh sensor dan dteruskan ke server komputasi awan. Jadi alat ini letaknya akan selalu berdampingan dengan alat sensor.
3. Server Komputasi Awan
Server ini akan menyimpan data yang diterimanya dari RTU.
Bagus bukan kalau ilmu yang kita miliki dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Untuk saat ini, prototype dari sistem awan ini sudah mulai diperkenalkan ke berbagai pihak yang terkait penanggulangan bencana. Ayo, ditunggu karya selanjutnya dari anak Indonesia, untuk Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar